Minggu, 04 September 2011

Fragilitas Osmotik Eritrosit


Eritrosit yang bersirkulasi mempunyai masa paruh sekitar 120 hari. Karena ia tak berinti, ia merupakan sel yang mati di keseluruhan masa tersebut dengan komposisi yang selalu berubah. Eritrosit mengandung sekitar 65% air dan 33% hemoglobin. Komposisi elektrolit rata-rata adalah Na+ 8 mmol/l volume sel total, K+ 90 mmol/l, Cl- 55 mmol/l, pH 7,2 dan perbedaan utama dalam komposisi ion dari sel-sel otot adalah tingginya konsentrasi Klorida. Karena kandungan air eritrosit relatif rendah maka konsentrasi total zat-zat yang bisa berdifusi seperti glukosa dan urea lebih rendah daripada plasma.
(Baron, D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi Klinik. Jakarta: EGC)

Air normalnya mengalami pertukaran antara cairan ekstraseluler dan sel berdasarkan osmolalitas (konsentrasi) cairan. Cairan eritrosit dan plasma memiliki konsentrasi ionik yang serupa, isoosmolar atau isotonik. Osmosis terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan salah satu konsentrasi yang lebih tinggi. Bila eritrosit berada dalam larutan yang hipotonis, cairan yang kadar osmolalitasnya lebih rendah daripada plasma atau serum normal (kurang dari 280 mOsm/kg) akan mengalir ke dalam eritrosit, menyebabkan pembengkakan dan akhirnya eritrosit tersebut mengalami ruptur.
(Kee, Joyce LaFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: EGC)

Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke cairan di sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membrane sel darah merah. Membrane sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan juga oleh substansi-substansi yang lain seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya membrane sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca++, Mg++, fosfat organic dan juga substansi lain seperti hemoglobin dan protein plasma. Secara umum, membrane yang dapat dilaui atau ditembus oleh suatu substansi dikatakan bahwa membrane ini permeable terhadap substansi tersebut. Membrane yang betul-betul semi permeable adalah membrane yang hanya dapat ditembus oleh molekul air saja, tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi lain. Tidak ada membrane pada organism yang bersifat betul-betul semi permeable, yang ada adalah membrane yang bersifat permeable selektif, yaitu membrane yang dapat ditembus oleh molekul air dan substansi-substansi lain, tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi yang lain lagi. Jadi membrane sel darah merah termasuk yang permeable selektif.
Ada 2 macam hemolisa yaitu :
1.    Hemolisa Osmotik
Hemolisa osmotik terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di sekeliling sel darah merah. Dalam hal ini tekanan osmosa isi sel jauh lebih besar daripada tekanan osmosa di luar sel. Tekanan osmosa isi sel darah merah adalah sama dengan tekanan osmosa larutan NaCl 0.9%. bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0,8 % belum terlihat adanya hemolisa tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisa sedangkan sebagian sel darah merah yangt lainnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel darah merah berbeda-beda. Sel darah merah yang sudah tua, membrane sel mudah pecah sedangkan sel darah merah yang muda, membrane selnya kuat. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,3%, semua sel darah merah akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa sempurna. Larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih kecil daripada tekanan osmosa isi sel darah merah disebut larutan hipotonis, sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih besarisi sel darah merah disebut larutan hipertonis. Suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosa yang sama besar dengan tekanan osmosa isi sel disebuit larutan isotonis.

2.    Hemolisa Kimiawi
Pada hemolisa kimiawi, membrane sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dinding selm darah merah terutama terdiri dari lipid dan protein membentuk suatu lapisan yang disebut lipoprotein. Jadi setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan membrane sel darah merah. Kita mengenal bermacam-macam pelarut lemak yaitu kloroform, aseton, alcohol, benzene dan eter. Substansi lain yang dapat merusak membrane sel darah merah diantaranya adalah bias ular, bias kalajengking, garam empedu, saponin, nitrobenzene, pirogalol, asam karbon, resi, dan senyawa arsen.

Sel darah merah yang ditempatkan dalam larutan garam yang isotonis tidak akan mengalami kerusakan dan tetap utuh. Tetapi bila sel darah merah ditempatkan dalam air distilata, sel darah merah akan mengalami hemolisa, karena tekanan osomose isi sel darah merah jauh lebih besar daripada tekanan osomose diluar sel sehingga mengakibatkan banyak air masuk kedalam sel darah merah (osmosis). Selanjutnya air yang banyak masuk kedalam sel darah merah itu akan menekan membrane sel darah sehingga membrane menjadi pecah.
Http://reyniteen.blogspot.com/2010/09/resistensi-osmotik-darah-html.

Jumlah partikel dan bukan sifat atau berat suatu zat terlarut yang menentukan osmolalitas. Satu mol suatu senyawa seperti NaCl menghasilkan partikel dua kali lebih banyak daripada satu mol zat yang tidak terdisosiasi seperti glukosa. Ion Natrium dan Klorida memiliki muatan tunggal, untuk keduanya, konsentrasi miliekuivalen sama seperti konsentrasi milimolar, sehingga hasil-hasil Na+ dan Cl- dapat secara langsung digunakan dalam mengukur osmolalitas.
(Ronald A. Sacher. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:EGC)

Uji fragilitas osmotik eritrosit (juga disebut resistensi osmotik eritrosit) dilakukan untuk mengukur kemampuan eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit) dalam larutan yang hipotonis. Caranya adalah dengan melarutkan eritrosit ke dalam dalam larutan salin dengan berbagai konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan salin yang sedikit hipotonis, keadaan ini dinamakan peningkatan fragilitas eritrosit (atau sama dengan penurunan resistensi/daya tahan eritrosit), dan apabila hemolisis terjadi pada larutan salin yang sangat hipotonis, keadaan ini mengindikasikan penurunan fragilitas osmotik (atau sama dengan peningkatan resistensi eritrosit). Pada keadaan peningkatan fragilitas, eritrosit biasanya berbentuk sferis. Sedangkan pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk tipis dan rata.

Indikasi masalah klinis pada penurunan fragilitas:
·      Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia Cooley)
·      Anemia (defisiensi besi, defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B6, sel sabit)
·      Penyakit hemoglobin C
·      Polisitemia vera
·      Post splenektomi
·      Nekrosis hati akut dan sub akut
·      Ikterik obstruktif.

Indikasi masalah klinis pada peningkatan fragilitas:
·      Sferositosis herediter
·      Transfusi (inkompatibilitas ABO dan Rhesus)
·      Anemia hemolitik autoimun (AIHA)
·      Penyakit hemoglobin C
·      Toksisitas obat atau zat kimia
·      leukemia limfositik kronis
·      luka bakar (termal).
(Kee, Joyce LaFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: EGC)

1 komentar:

  1. The Star Casino, Hwy. Casino & Spa
    Casino · Table games are available in all levels · Slots & Live Casino · 충청남도 출장마사지 Poker · Casino Nightclubs. 김제 출장마사지 The Star Casino 서산 출장마사지 Casino has everything 안산 출장마사지 you need for an exciting 강원도 출장안마 casino

    BalasHapus