Eritrosit
yang bersirkulasi mempunyai masa paruh sekitar 120 hari. Karena ia tak berinti,
ia merupakan sel yang mati di keseluruhan masa tersebut dengan komposisi yang
selalu berubah. Eritrosit mengandung sekitar 65% air dan 33% hemoglobin.
Komposisi elektrolit rata-rata adalah Na+ 8 mmol/l volume sel total,
K+ 90 mmol/l, Cl- 55 mmol/l, pH 7,2 dan perbedaan utama
dalam komposisi ion dari sel-sel otot adalah tingginya konsentrasi Klorida.
Karena kandungan air eritrosit relatif rendah maka konsentrasi total zat-zat
yang bisa berdifusi seperti glukosa dan urea lebih rendah daripada plasma.
(Baron,
D.N. 1990. Kapita Selekta Patologi
Klinik. Jakarta: EGC)
Air
normalnya mengalami pertukaran antara cairan ekstraseluler dan sel berdasarkan
osmolalitas (konsentrasi) cairan. Cairan eritrosit dan plasma memiliki
konsentrasi ionik yang serupa, isoosmolar atau isotonik. Osmosis terjadi ketika
terdapat ketidakseimbangan salah satu konsentrasi yang lebih tinggi. Bila
eritrosit berada dalam larutan yang hipotonis, cairan yang kadar osmolalitasnya
lebih rendah daripada plasma atau serum normal (kurang dari 280 mOsm/kg) akan
mengalir ke dalam eritrosit, menyebabkan pembengkakan dan akhirnya eritrosit
tersebut mengalami ruptur.
(Kee,
Joyce LaFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: EGC)
Hemolisis
adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah merah menuju ke
cairan di sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya
membrane sel darah merah. Membrane sel darah merah mudah dilalui atau ditembus
oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan juga oleh substansi-substansi
yang lain seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya membrane
sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca++, Mg++, fosfat organic
dan juga substansi lain seperti hemoglobin dan protein plasma. Secara umum,
membrane yang dapat dilaui atau ditembus oleh suatu substansi dikatakan bahwa
membrane ini permeable terhadap substansi tersebut. Membrane yang betul-betul
semi permeable adalah membrane yang hanya dapat ditembus oleh molekul air saja,
tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi lain. Tidak ada membrane pada
organism yang bersifat betul-betul semi permeable, yang ada adalah membrane
yang bersifat permeable selektif, yaitu membrane yang dapat ditembus oleh
molekul air dan substansi-substansi lain, tetapi tidak dapat ditembus oleh
substansi yang lain lagi. Jadi membrane sel darah merah termasuk yang permeable
selektif.
Ada
2 macam hemolisa yaitu :
1. Hemolisa
Osmotik
Hemolisa osmotik
terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan di
dalam sel darah merah dengan cairan di sekeliling sel darah merah. Dalam hal ini
tekanan osmosa isi sel jauh lebih besar daripada tekanan osmosa di luar sel.
Tekanan osmosa isi sel darah merah adalah sama dengan tekanan osmosa larutan
NaCl 0.9%. bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan 0,8 % belum
terlihat adanya hemolisa tetapi sel darah merah yang dimasukkan ke dalam
larutan NaCl 0,4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami
hemolisa sedangkan sebagian sel darah merah yangt lainnya masih utuh. Perbedaan
ini disebabkan karena umur sel darah merah berbeda-beda. Sel darah merah yang
sudah tua, membrane sel mudah pecah sedangkan sel darah merah yang muda,
membrane selnya kuat. Bila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl
0,3%, semua sel darah merah akan mengalami hemolisa. Hal ini disebut hemolisa
sempurna. Larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih kecil daripada tekanan
osmosa isi sel darah merah disebut larutan hipotonis, sedangkan larutan yang
mempunyai tekanan osmosa lebih besarisi sel darah merah disebut larutan
hipertonis. Suatu larutan yang mempunyai tekanan osmosa yang sama besar dengan
tekanan osmosa isi sel disebuit larutan isotonis.
2. Hemolisa
Kimiawi
Pada hemolisa kimiawi,
membrane sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti
telah disinggung sebelumnya bahwa dinding selm darah merah terutama terdiri
dari lipid dan protein membentuk suatu lapisan yang disebut lipoprotein. Jadi
setiap substansi kimia yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat
merusak atau melarutkan membrane sel darah merah. Kita mengenal bermacam-macam pelarut
lemak yaitu kloroform, aseton, alcohol, benzene dan eter. Substansi lain yang
dapat merusak membrane sel darah merah diantaranya adalah bias ular, bias
kalajengking, garam empedu, saponin, nitrobenzene, pirogalol, asam karbon,
resi, dan senyawa arsen.
Sel darah merah yang ditempatkan
dalam larutan garam yang isotonis tidak akan mengalami kerusakan dan tetap
utuh. Tetapi bila sel darah merah ditempatkan dalam air distilata, sel darah
merah akan mengalami hemolisa, karena tekanan osomose isi sel darah merah jauh
lebih besar daripada tekanan osomose diluar sel sehingga mengakibatkan banyak
air masuk kedalam sel darah merah (osmosis). Selanjutnya air yang banyak masuk
kedalam sel darah merah itu akan menekan membrane sel darah sehingga membrane
menjadi pecah.
Http://reyniteen.blogspot.com/2010/09/resistensi-osmotik-darah-html.
Jumlah partikel dan bukan sifat
atau berat suatu zat terlarut yang menentukan osmolalitas. Satu mol suatu
senyawa seperti NaCl menghasilkan partikel dua kali lebih banyak daripada satu
mol zat yang tidak terdisosiasi seperti glukosa. Ion Natrium dan Klorida
memiliki muatan tunggal, untuk keduanya, konsentrasi miliekuivalen sama seperti
konsentrasi milimolar, sehingga hasil-hasil Na+ dan Cl- dapat
secara langsung digunakan dalam mengukur osmolalitas.
(Ronald
A. Sacher. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:EGC)
Uji fragilitas osmotik eritrosit
(juga disebut resistensi osmotik eritrosit) dilakukan untuk mengukur kemampuan
eritrosit menahan terjadinya hemolisis (destruksi eritrosit) dalam larutan yang
hipotonis. Caranya adalah dengan melarutkan eritrosit ke dalam dalam larutan
salin dengan berbagai konsentrasi. Jika terjadi hemolisis pada larutan salin
yang sedikit hipotonis, keadaan ini dinamakan peningkatan fragilitas eritrosit
(atau sama dengan penurunan resistensi/daya tahan eritrosit), dan apabila
hemolisis terjadi pada larutan salin yang sangat hipotonis, keadaan ini
mengindikasikan penurunan fragilitas osmotik (atau sama dengan peningkatan
resistensi eritrosit). Pada keadaan peningkatan fragilitas, eritrosit biasanya
berbentuk sferis. Sedangkan pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk
tipis dan rata.
Indikasi masalah klinis pada
penurunan fragilitas:
·
Talasemia mayor dan minor (anemia Mediterania atau anemia
Cooley)
·
Anemia (defisiensi besi, defisiensi asam folat,
defisiensi vitamin B6, sel sabit)
·
Penyakit hemoglobin C
·
Polisitemia vera
·
Post splenektomi
·
Nekrosis hati akut dan sub akut
·
Ikterik obstruktif.
Indikasi masalah klinis pada peningkatan fragilitas:
·
Sferositosis herediter
·
Transfusi (inkompatibilitas ABO dan Rhesus)
·
Anemia hemolitik autoimun (AIHA)
·
Penyakit hemoglobin C
·
Toksisitas obat atau zat kimia
·
leukemia limfositik kronis
·
luka bakar (termal).
(Kee, Joyce LaFever. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik. Jakarta: EGC)
The Star Casino, Hwy. Casino & Spa
BalasHapusCasino · Table games are available in all levels · Slots & Live Casino · 충청남도 출장마사지 Poker · Casino Nightclubs. 김제 출장마사지 The Star Casino 서산 출장마사지 Casino has everything 안산 출장마사지 you need for an exciting 강원도 출장안마 casino